ASAL USUL DANAU RANAU – OKU SELATAN
Danau Ranau mempunyai Iuas 144 kilometer persegi, danau ini
terletak di pegunungan yang masuk kecamatan Banding Agung wilayah kabupaten
Ogan Komering Ulu. Ketika berdiri di
tepi danau kita dapat memandang alam pegunungan yang merupakan bagian dari
Bukit Barisan. Udara alam pegunungan yang sejuk dan pesona Danau Ranau rnembuat
betah beriama-Iama di sana. Diantara para pengunjung ada yang asik mandi ditepi
danau. Selain itu ada pula yang mengelilingi danau dengan perahu motor. Berkeliling
danau dengan perahu motor mempunyai keasyikan tersendiri bagi para pengunjung.
Ditepi danau banyak perahu motor yang disewakan untuk para pengunjung. Para
pengunjung dapat berperahu menuju ke puiau Marisa yang ada di tengah danau. Di Danau
Ranau tersedia tempat khusus untuk memancing. Adapula pengunjung yang memancing
sambil berperahu.
Konon ceritanya, Danau Ranau terjadi karena kesaktian Puyang
Seminang Mora, Dikisahkan pada dahulu kala ada seorang pemuda bernama Patua
Paso. Patua Pasao adalah kemenakan seorang raja di suatu daerah yang bernama
Among Padoha. Patua tinggal disekitar Danau Toba di Sumatra Utara.
Sehari-hari Patua melakukan perdagangan hinga ke pulau Mindanao
Filipina. Seperti biasanya Patua melakukan tukar menukar perdagangan. Pada
waktu itu Patua Paso berkenalan dengan gadis cantik bemama Sondang, putri
seorang pedagang kaya raya. Selain berdagang orangtua Sondang juga seorang
kepala Suku Perak Tagalok bernama Tuan Mauru Sada. Mereka akhirnya saling jatuh
cinta. Beberapa bulan kemudian Patua Paso pulang ke Sumatera Amang Padoha
setuju untuk melamar Putri Sondang.
Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah rombongan Patua
Paso dengan menggunakan enam perahu Iayar. Selama berhari-hari rombongan
mengarungi Lautan Hindia, Setibanya di Mindanao, acara lamaran segera
dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan perkawinan pesta perkawinan
mereka
dirayakan tiga hari tiga malam Setelah pesta selesai pasangan pengantin
baru segera di bawa ke Negeri Batak Ketika pelayaran mereka
mendekati pantai selatan Sumatra rombongan dikejar segerombolan bajak
ilaut.
Ternyata, bajak Iaut yang kejam berhasil mendekat. Rombongan pengantin
Patua
Paso mengadakan perlawanan.
TerjadiIah pertempuran yang sengit diatas perahu.
Anggota rombongan pengantin banyak yang tewas dan beberapa perahu mereka
berhasil dikuasai bajak taut, perahu yang membawa paman Patua dan ayah putri
Sondang dikuasai perampok. Tiga perahu
lainnya mereka tawan. Kini tinggalah lima perahu yang Ioios dari kejaran bajak
laut. Satu perahu di antaranya mereka yang terdiri dari emas dan intan permata.
Perahu yang membawa rombongan pengantin baru berhasil mendekati
pantai. Sementara Itu bajak laut terus mengejar mereka Setelan sampai dipantai
rombongan pengantin bergegas turun kedarat. Para pengiring segara mengangkut
bahan makanan, dan barang milik kedua pengantin. Mereka berlari masuk rimba
menuju kaki Bukit Barisan. Para bajak iaut pun sampai di tempat para pengantin.
Mereka berlari masuk rimba menuju kaki Bukit Barisan membawa pasangan pengantin
baru, sérta barang - barang beharga.
Para bajak laut pun sampai ditempat para pengantin Mendarat.
Mereka membakar perahu rombongan itu Setelah perahu terbakar mereka pun
mengejar masuk kehutan belantara. Dua hari sudah bajak laut mengejar rombongan itu. Namun mereka tidak berhasil
menangkap rombongan Patua. Kita tinggaikan rombongan Patua menuju ke masyarakat
Komering dilereng gunung Seminung. Kelompok masyarakat Suku Komering ini
dipimpin oleh seorang, wanita setengah baya. wanita ini sangat bijaksana dan
suka menoiong orang bila sedang susah. ia bergelarPuyang Seminung Namora.
Puyang Semiraung Namora memiiiki seekor burung garuda yang setia.
Di kaki gunung Seminung ada danau kecil yang dinamakan Ranau.
Dalam bahasa kawi kuno" ranau "artinya tempat yang indah dan nyaman
sesuai dengan namanya Danau Ranau mamang Sangai indah Biasanya danau di gunakan
untuk mandi oleh rakyat pesisir. Seiain itu para dewi rimba juga sering mandi
di danau kecil itu. Sambil bercanda riang dewi rimba menikmati keindahan
disekitar danau.
Geografi sekitar danau penduduk bercocok tanam. Hasil
pertanian mereka seiuiu melimpah. Mereka menanam kopi, cengkeh, kayu manis,
lada dan tembakau. Mereka tidak pernah merasa kekurangan, Penduduk negeri kecil
ini hidup aman dan makmur. Suatu hari Puyang Seminung Namora, merasa ada suatu isyarat
yang menggugah hatinya. Diambiinya cawan kecil berisi air Untuk melihat apa
gerangan arti isyarat itu. Dalam air ia melihat sekelompok orang dalam keadaan
kesuiitan di hutan belantara. Dilihatnya pula ada keiompok lain yang mengejar
mereka di hutan belantara itu. Puyang Seminung Namora tahu siapa mereka itu.
Setelah itu dia kehalaman rumah dan memanggii burung garuda.
Dipanggiinya beberapa orang tua di negeri itu Puyang Seminung Namora berkata
aku minta bantuan kalian. Aku melihat ada dua kelompok orang yang berkejaran di
batik Bukit Barisan mereka kurang iebih empat puiuh orang Mereka terdin dan
laki laki dan perempuan Aku yakin itu bangsa kita kulit wajahnya dan
perawakanya menunjukkan bahwa mereka suku yang hidup dipulau kita Mereka sedang
dalam kesusahan ada kelompok lain yang sedang mengejar mereka Tubuhnya tinggi
tinggi kulit mereka seperti terbakar matahari mereka membawa padang dan bedi. Pastilah
mereka bajak 'aut. Kita harus menoiong mereka. Bagaimana caranya Puyang ? tanya
burung garuda, kemudian seorang mengajukan pendapatnya. Puyang kami akan membuat
keranjang besar-besar. Keranjang ini dapat kita gunakan untuk menolong mereka memberitahu
mereka bahwa kita akan menolongnya, Kami akan ikut garuda kesana untuk Setelah
itu penduduk suku Komerimg membuat karanjang besar dengan bergotong royong. Mereka membuat keranjang kuat
dari rotan. Tiap keranjang dapat memuat lima orang Akhirnya keranjang siap
untukdibawa. Merekapun berangkat kehutan bersama burung garuda. Burung garuda mencekam keranjang dengan kedua
kakinya. tiap-tiap kerajang berisi satu orang . Angkutilah mereka kesini kata
Puyang. Burung garuda pun mengepakan sayapnya dan terbang tinggi. ia terbang
diatas Bukit Barisan, dan mendekat kerombongan pengantin.
Rombongan Patua dan Putri Sondang merasa heran, karena ada
burung garuda menurunkan keranjang. Kemudian burung garuda mendaratkan
keranjang di tempat tandus dilereng Bukit Barisan. Rombongan Patua segera
mendekat garuda Utusan yang datang dengan garuda menjelaskan maksud kedatangan
mereka. Rombongan Patua sangatlah gembira karena mereka mendapat pertolongan.
Empat kali pergi seiesailah tugas burung garuda membawa rombongan itu.
Rombongan Patua diterima Puyang Seminung dengan senang hati.
Terima kasih Puyang. Jika kami tidak ditolong, kami tidak lain nasib kami selanjutnya.
Kami tidak bisa memasak makanan karena terus di buru bajak taut yang mengejar
kami sangat jahat kata Patua Sementara itu burung garuda kembali ketepi pantai.
Kelima perahu diseret dengan kakinya ketengah iaut. Kemudian dikepak kepakan
kedua sayapnya yang lebar. Air laut bergelombang tinggi dan besar karena kepak-
kepakannya. Perahu bajak laut pun terseret ketengah iaut Perahu itu rusak dan tenggelam.
Ketika para perampok kembali ke pantai mereka kebingungan. Mereka tidak dapat menemukan
perahunya Akhimya mereka kelaparan dan dimangsa binatang buas.
Di kediaman Puyang Seminung, rombongan pengantin baru
melepaskan lelah Mereka sangat bahagia telah di toilong puyang. Setelah merasa
segar Patua menjelaskan pengalaman selama di perjalanan mereka Puyang Seminung sangat terharu dan berkata
kamu semua kami terima Mereka semua sadar bahwa bentuk tubuh mereka serupa, antara
suku Batak, Mindanao, dan Komering.
Kita semua adalah keluarga", kata Puyang. Lalu Puyang
berkata kepada khalayak ramai Menurut adat kita, pengantin laksana raja sehari
“Aku ingin merayakan perkawinan mereka. Mendoakan
keselamatan pengantin baru. Kebetulan kita baru selesai panen
padi. Kita pesta karena hasil panen baik. Kita menyambut tamu- tamu dari batak
dan mindano 'bertanya'"Dimana kita merayakan pestanya Puyang ?. jawan
Puyang “besok malam bulan purnama kita akan merayakan pesta untuk negeri di
Ranau, tempatnya akan kusiapkan.
Malam itu Puyang Seminung Mora menunjukkan kesaktiannya
Danau Ranau yang mulanya kecil bagaikan Kolam diubah menjadi danau vang sangat
indah. Luasnya sampai-sampai sepuluh meter persegi. Semua rakyat kagum dan
gemblra. Siangnya mereka membuat berpuluh puluh rakit dan perahu. Malam harinya
dibawah sinar bulan purnama mereka berpesta Makan dan minum diatas rakit dan
perahu ditengah tengah danau ranau, para dewi juga turun menyebarkan wewangian
sepanjang malam. Burung Garuda juga turut berpesta. ia terbang di udara menjaga
keamanan pesta rakyat suku Komering. Begitulah kisah terjadinya danau ranau ,
hingga saat ini orang masih percaya di atas danau ranau ada burung garuda.
No comments:
Post a Comment